SHARE

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat pada 2022 dapat menjadi bekal untuk menghadapi potensi resesi global pada 2023.

CARAPANDANG - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat pada 2022 dapat menjadi bekal untuk menghadapi potensi resesi global pada 2023.

"Mobilitas masyarakat yang semakin pulih menjadi determinan utama untuk mendorong aktivitas ekonomi Indonesia," kata Menko Airlangga saat membuka acara bertajuk “Momentum Konsolidasi Ekonomi & Politik” yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,2 persen year on year (yoy) pada tahun 2022, dan 5,3 persen yoy pada tahun 2023.

"Dengan pertimbangan berbagai risiko global dan domestik, kami optimistis dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen pada 2022, dan 5,3 persen pada 2023," kata Airlangga.

Di tengah ketidakpastian global dan penurunan ekonomi dunia, dia menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia tetap solid dengan mencatatkan pertumbuhan 5,72 persen yoy pada triwulan III- 2022.

"Didukung dengan berlanjutnya perbaikan permintaan domestik yang tercermin dari peningkatan konsumsi serta tingginya sektor ekspor," kata Menko Airlangga.

Selain itu, indikator sektor eksternal juga relatif terkendali, tercermin dari neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang masih surplus, cadangan devisa yang tinggi, serta rasio utang dalam level yang aman.

"Sejumlah leading indicator, riil konsumsi dan investasi masih di level optimis," kata Airlangga.

Lebih lanjut, dalam hal penanganan pandemi COVID-19, menurut dia, seluruh daerah terkoordinasi dengan baik dan tidak ada kasus menonjol selama enam bulan terakhir pada tahun 2022.

"Kasus baru COVID-19 nasional mengalami tren penurunan dan saat ini di angka 2.000-an kasus per hari," kata Airlangga.

Menurut dia, capaian tersebut didorong oleh ketersediaan dan kesiapan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, obat yang baik dan memadai, dan capaian vaksinasi yang cukup tinggi.

Selain itu, tindakan itu ditambah dengan adanya upaya meningkatkan program vaksinasi booster kedua dan lansia terutama untuk memitigasi subvarian baru XBB, BQ, dan subvarian lainnya.