SHARE

Rupiah

Suku bunga Fed yang lebih tinggi memicu peningkatan permintaan dolar AS yang menguatkan mata uang Negeri Adidaya sehingga mata uang lainnya melemah, termasuk rupiah.

Setelah kenaikan suku bunga Fed pada pekan ini, indeks dolar AS naik ke level 105,79 yang merupakan terkuat sejak Desember 2002.

Tak hanya di pasar keuangan, kenaikan suku bunga acuan Fed berpotensi menyebabkan beban utang pemerintah Indonesia meningkat, terutama utang dalam bentuk dolar AS yang sedang menguat nilainya.

Cadangan devisa juga bisa menurun lantaran terjadinya aliran modal asing yang keluar dari tanah air. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2022 tetap tinggi sebesar 135,6 miliar dolar AS, meski sedikit menurun dari April 2022 yang sebesar 135,7 miliar dolar AS.

Berbagai tekanan yang terjadi di pasar keuangan domestik tentunya masih akan berlanjut. Pasalnya, The Fed tak akan berhenti pada bulan ini untuk menaikkan suku bunga acuannya.

Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan bank sentral AS akan meningkatkan suku bunga hingga 2,75 persen pada akhir 2022 atau secara keseluruhan sebesar 250 bps pada tahun ini, di mana sejauh ini bunga sudah dinaikkan sebanyak 150 bps.

Tak berhenti pada tahun ini, untuk tahun 2023 pun The Fed diproyeksikan akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, sehingga pada akhir tahun depan suku bunga AS akan mencapai 3,25 persen.

Maka dari itu untuk mengatasi guncangan lebih lanjut di pasar keuangan Indonesia, Direktur Riset Center Of Reform (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyarankan agar BI harus segera menaikkan suku bunga acuan. Jika tidak, modal asing akan semakin banyak keluar meski memang tidak besar lantaran porsi modal asing di dalam negeri memang sudah menurun.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memang sempat menyebutkan porsi investor asing di pasar SBN Indonesia menurun tajam menjadi 16,42 persen per 19 Mei 2022. Adapun pada tahun 2021 porsi investor asing dalam SBN adalah sebanyak 19 persen dan tahun 2020 mencapai 25 persen.


Kendati porsi asing sudah mulai menyusut, keluarnya modal asing atau tidak adanya aliran modal asing yang masuk tetap akan menekan nilai tukar rupiah sehingga melemah terhadap dolar AS.

Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pasti akan terkoreksi, harga SBN akan turun, dan akan terdapat kesulitan dalam pembiayaan fiskal.

"BI setidaknya harus menaikkan suku bunga acuan sekitar 25 bps atau bahkan 50 bps," ungkap Piter kepada Antara.

Kenaikan suku bunga acuan BI ditengarai dapat mengembalikan dana asing yang keluar dari Indonesia, lantaran tingginya suku bunga akan menarik investor berbalik menanamkan modalnya di Tanah Air.

Dengan demikian kembalinya modal asing ke Indonesia akan menjadi energi positif bagi rupiah dan IHSG.

Halaman :
Tags
SHARE