SHARE

CARAPANDANG.COM- Ramadhan menjadi bulan yang ditunggu-tunggu bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa. Namun, tahukah kamu bahwa puasa tak hanya untuk organ pencernaan kita saja, kulit juga bisa, lho! Beberapa tahun lalu, terdapat sebuah tren bernama skin fasting yang populer di antara para wanita.
Berasal dari Jepang, skin fasting merupakan sebuah metode rejuvenate yang dilakukan dengan mengurangi atau menghentikan pemakaian skin care pada kulit wajah selama beberapa saat. Ibaratnya, dengan mencoba metode ini, kamu tengah mengajak kulit untuk ‘berpuasa’ atau beristirahat sejenak dari berbagai macam produk kimia.


Hal ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi detoks, yang diklaim merupakan kemampuan alami kulit. Benarkah klaim skin fasting tersebut? dr. Dara Ayuningtyas dipl AAAM dari ZAP Clinic menjawab fakta di balik skin fasting berikut ini:

1. Kulit tidak mempunyai kemampuan detoks
Detoksifikasi atau penguraian racun hanya dapat terjadi pada organ tubuh khusus, yaitu hati dan ginjal. Tidak ada regimen perawatan kulit yang dapat membantu kulit mengeluarkan detoks, karena kulit memang tidak memiliki kemampuan tersebut. Dengan demikian, tidak tepat jika dikatakan skin fasting merupakan metode detoks alami bagi kulit.

Walaupun banyak orang telah mencoba skin fasting, sampai saat ini belum ada penelitian yang spesifik membahas hubungan antara skin fasting dan kesehatan kulit. Alih-alih mengharapkan skin fasting sebagai sebuah solusi ajab ajaib, skin fasting dapat kita artikan ulang sebagai metode untuk membatasi penggunaan zat aktif berlebih dalam waktu bersamaan. Semakin banyak produk dan kombinasi skin care yang kita gunakan, kulit semakin berpotensi untuk mengalami iritasi dan beberapa efek lain. Skin fasting dapat menjadi cara untuk mengobservasi dan meminimalisir efek iritatif yang kamu rasakan pada kulit wajah.

Halaman :
Tags
SHARE