SHARE

istimewa

Bukan sekadar kanker paru

Setelah dokter mengangkat parunya pada akhir 2005, Berthie masih harus melakukan berbagai terapi rehabilitasi medik untuk memulihkan kondisinya agar bisa hidup seperti sedia kala.

Perbedaan yang dirasakannya, salah satunya adalah kesulitan dalam bernafas seperti biasa, serta terasa menjadi lebih cepat capek.

Sembari menjalani terapi rehabilitasi medik, dokter juga melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyakit yang diderita Berthie. Hingga tiba suatu momen dimana dokter memvonis Berthie bahwa dirinya hanya memiliki harapan hidup satu tahun saja.

Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Berthie juga menderita penyakit kanker usus. Menghadapi fakta tersebut, Berthie berusaha tabah, dan tetap berikhtiar melalui kemoterapi.

Pada saat itu, Berthie bernazar bahwa hingga akhir hayatnya, dia akan senantiasa berbuat baik, salah satunya adalah dengan menyemangati para pasien kanker agar tidak patah semangat dalam menjalani hidup.

Sejak 2006, Berthie memanfaatkan waktunya untuk bercerita dan menyemangati para pasien kanker di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta, yang menjadi Pusat Kanker Nasional. Kebiasaan tersebut terus dilakukannya hingga pandemi COVID-19 menyerang, yang tak menghalanginya untuk berbagi cerita dengan para pasien.

Dengan waktu yang semakin bergulir, Berthie pun sadar bahwa Tuhan memberikannya kesempatan lebih, hingga sekitar 17 tahun lebih dirinya hidup di dunia pascaoperasi paru-paru yang dijalaninya. Kenyataan itu jauh melampaui perkiraan dokter yang hanya satu tahun.

Oleh karena itu, Berthie yang kini menjadi Ketua Koordinator Survivors Yayasan Kanker Indonesia berpesan kepada para perokok agar meninggalkan kebiasaan merokok.

Kendati demikian, Berthie menyadari bahwa hal tersebut memang sulit. Menurutnya, perokok bagaikan seorang yang bodoh dan buta huruf, lantaran sejumlah imbauan yang bahkan tertera saat rokok tersebut dibeli, serta sejumlah kasus terkait kesehatan, seperti yang dialaminya, kerap diabaikan oleh para perokok.

Untuk itu, Berthie menyarankan agar para perokok memikirkan motivasi lainnya untuk dapat berhenti merokok, seperti faktor keluarga, agar dapat berhenti merokok sebelum "diberhentikan" hidupnya oleh rokok.

Halaman :
Tags
SHARE